Blog

Psikologi Sosial Pengertian Ruang Lingkup Teori Menurut Para Ahli

Pengertian Psikologi Sosial
Psikologi Sosial adalah salah satu cabang ilmu Psikologi yang mengkaji tingkah laku individu dalam situasi sosial, dengan melakukan kajian dan analisis tentang bagaimana manusia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya (Mulyadi dkk, 2016, hlm. 3). Artinya psikologi sosial merupakan ilmu yang mengkaji perilaku konkret manusia terhadap situasi sosial dan lingkungan yang menyelubunginya. Lingkungan ini tentunya tidak berupa alam benda saja, melainkan seluruh hal yang mengintari individu dan masyarakat di sekitar, termasuk norma, budaya, dan aspek-aspek lain di luar individu atau kelompok.

Sementara itu menurut Kassin (dalam Maryam 2018, hlm. 6) definisi psikologi sosial adalah studi ilmiah tentang bagaimana individu berpikir, merasa, dan berperilaku dalam konteks sosial. Berpikir atau kognisi merupakan proses mental yang akan berpengaruh besar terhadap perilaku seseorang, dan konteks sosial mencakup berbagai aspek yang melatarbelakangi orang-orang di sekitar, termasuk perilaku, lingkungan, budaya, pendidikan, dan sebagainya.

Sedangkan menurut Sadli (dalam Diwyarthi, 2021, hlm. 55) Psikologi sosial merupakan sub-disiplin dari ilmu psikologi dengan kajian yang memperhatikan tentang tingkah laku individu sebagai respons terhadap pengaruh sosial. Selanjutnya menurut Hermawan dkk (2020 dalam Diwyarthi, 2021, hlm. 55) psikologi sosial merupakan ilmu yang mengkaji tentang perkembangan dan perilaku manusia sebagai makhluk sosial dalam konteks sosial.

Banyak ahli lain yang memiliki pendapatnya masing-masing mengenai pengertian psikologi sosial. Kebanyakan tentunya masih merujuk pada medan makna yang sama, namun setiap pendapat akan memperuncing pengertian psikologi sosial itu sendiri. Beberapa pengertian psikologi sosial menurut para ahli lainnya adalah sebagai berikut.

1. Shaw dan Costanzo mengungkapkan bahwa psikologi sosial merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang tingkah laku individu yang merupakan rangsangan sosial.
2. Hubber Bonner menyatakan psikologi sosial merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang tingkah laku manusia.
3. David Sears berpendapat bahwa psikologi sosial adalah ilmu yang berusaha secara sistematis untuk memahami perilaku sosial, mengenai cara mengamati orang lain dan situasi sosial, cara orang lain beraksi terhadap kita, dan cara kita dipengaruhi oleh situasi sosial.
4. Joseph Mc. Grach mengatakan bahwa psikologi sosial adalah ilmu yang menyelidiki perilaku manusia yang dipengaruhi oleh kehadiran, keyakinan, tindakan, dan lambang orang lain.

Dapat disimpulkan bahwa psikologi sosial adalah cabang ilmu psikologi yang mengkaji proses mental dan perilaku individu terhadap berbagai konteks sosial seperti kelompok dan masyarakat serta lingkungan yang menyelubunginya baik itu budaya, politik, pendidikan, dan sebagainya.

Ruang Lingkup Psikologi Sosial
Menurut Vaughan dan Hogg (dalam Sarwono & Meinarno dalam Maryam, 2018, hlm. 13) terdapat sedikitnya empat tingkatan analisis dalam psikologi sosial yang dapat menjadi acuan ruang lingkup psikologi sosial yang di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Intrapersonal, merupakan proses psikologis yang terjadi di dalam diri individu dalam proses pengorganisasian pengalaman dan lingkungan sosialnya. Hal ini bisa dilihat dalam penelitian tentang keseimbangan kognitif (cognitive balance) dan skema kognitif.
2. Interpersonal dan situasional, merupakan tingkatan analisis pada interaksi antarindividu dalam situasi tertentu, dengan 13 fokus penelitiannya adalah satu situasi dan kondisi yang terjadi pada masing-masing individu. Penelitian tentang hal ini adalah atribusi dan penggunaan matriks permainan.
3. Posisional, analisis terhadap interaksi antarindividu dalam situasi tertentu, dengan memperhatikan peran dari posisi sosial yang ada (seperti status, identitas). Penelitian tentang hal ini bisa dilihat pada penelitian yang bertema kekuasaan (power) dan identitas sosial.
4. Ideologis, merupakan analisis terhadap interaksi antarindividu yang mempertimbangkan keyakinan sosial dan hubungan sosial antarkelompok. Hal ini bisa dilihat pada persoalan tentang representasi sosial, identitas sosial, pengaruh kelompok minoritas, serta peran kebudayaan dan norma.

Sementara menurut Michener dan Delamater (dalam Maryam, 2018, hlm. 13), terdapat empat fokus utama dalam psikologi sosial yang di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Pengaruh individu terhadap individu lain.
2. Pengaruh kelompok terhadap individu-individu anggotanya.
3. Pengaruh individu anggota kelompok terhadap kelompoknya sendiri.
4. Pengaruh satu kelompok terhadap kelompok lainnya.

Selanjutnya, menurut Fieldman (dalam Maryam, 2018, hlm. 11) psikologi sosial memiliki ruang lingkup yang luas, seperti yang diuraikan pada tabel berikut ini.

KategoriTopikContoh pertanyaan khusus yang dapat diselidiki dalam topik tersebutProses individualPrestasi dan performance tugasFaktor-faktor apa yang menentukan prestasi dan motivasi terkait performance sekolah?Sikap dan perubahan sikapApakah ada hubungan antara sikap politik dan tingkah laku dalam pemungutan suara?AtribusiFaktor-faktor apa yang mendorong individu melakukan atribusi terhadap tingkah laku individu lain?Proses kognitifBagaimana individu menggolongkan dan mengkategorikan karakteristik kepribadian orang lain?DisonansiKetika individu dibuat untuk bertindak yang bertentangan dengan apa yang dia percayai, apakah sikap individu tersebut berubah?Persepsi sosialBagaimana individu menggabungkan sifatsifat kepribadian individu lain untuk membentuk sebuah kesan secara keseluruhan tentang individu tersebut?Perkembangan sosial dan kepribadianFaktor-faktor apakah pada masa kecil yang bisa menjadi prediktor dalam masa dewasa?Stres, emosi, dan arousal (kebangkitan)Faktor-faktor apa yang membuat kebangkitan nafsu (gairah seksual)?Proses interpersonalAgresiApakah tayangan kekerasan di televisi bisa meningkatkan agresi?Daya tarik dan afiliasiBagaimana daya tarik fisik seseorang mempengaruhi cara perlakuan orang lain terhadap dirinya?Bargaining (tawarmenawar) dan koalisiStrategi penawaran apakah yang baik untuk menjual mobil bekas?Konformitas dan kepatuhan (compliance)Mengapa individu konform dengan pendapat orang lain?Persamaan, keadilan, dan pertukaran sosialPengadilan adil apakah yang diperhatikan individu?Pertolongan (helping)Situasi darurat seperti apakah penonton (bystander) ikut terlibat menolong?Komunikasi non-verbalApakah individu lain bisa menebak emosi orang lain secara akurat melalui tingkah laku non-verbal?Peranan dan perbedaan seks (jenis kelamin)Apakah wanita lebih konform dibandingkan pria?Pengaruh sosialBagaimana minoritas mampu mempengaruhi mayoritas dalam sebuah kelompok?Interaksi sosialMengapa individu menyukai kehadiran orang lain saat dia sedang bingung atau gelisah?Proses kelompokRiset cross-cultural (lintas budaya)Apakah orang Jepang memiliki sistem manajemen yang paling unggul?Crowding dan jarak interpersonalMengapa performance individu menurun ketika berada dalam situasi ramai?Psikologi lingkungan dan kependudukanBagaimana gedung yang terbaik dapat didesain untuk meningkatkan kepuasan konsumen?Proses kelompokApakah keputusan yang dibuat kelompok lebih baik daripada keputusan yang dibuat oleh individu?Isu etnis dan rasialApakah pembauran bisa mengurangi prasangka sosial?Penerapan Psikologi Sosial
Psikologi Sosial dapat digunakan untuk menganalisa fenomena-fenomena sosial yang dapat disaksikan sehari-hari. Salah satu di antara fenomena yang sedang menjadi topik pembicaraan yang hangat adalah mengenai bullying atau perundungan. Bullying ini dapat terjadi baik secara nyata maupun dalam dunia maya. Teknologi yang sekarang semakin berkembang, kemudian dipergunakan untuk hal-hal yang negatif, salah satunya melakukan bullying di media sosial.

Berbicara bullying, salah satu tempat yang paling sering terjadi fenomena ini adalah di sekolah. Pendidikan merupakan bidang psikologi terapan lain yang dapat mengaplikasikan psikologi sosial dalam penyelenggaraannya di sekolah. Kemampuan interpersonal merupakan salah satu modal kompetensi besar bagi peserta didik yang tengah bersiap untuk menggeluti dunia industri.

Selanjutnya, di dunia industri studi proses kelompok dapat diaplikasikan pada organisasi yang sejatinya merupakan terdiri atas kelompok-kelompok individu yang harus berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Mengapa performa staf justru malah menurun saat mereka berada dalam situasi ramai? Apa yang harus dilakukan untuk menciptakan suasana kondusif yang justru meningkatkan performa staf?

Teori Psikologi Sosial
Terdapat teori-teori psikologi sosial yang dapat menjadi landasan asumsi dasar dalam psikologi sosial secara umum. Beberapa teori psikologi sosial yang telah dilahirkan oleh para ahli psikologi sosial dan sosiologi secara umum adalah sebagai berikut.

Perspektif Sosiokultural (The Sociocultural Perspective)
Teori perspektif sosiokultural dicetuskan oleh Edward Alsworth Ross yang dimanifestasikan pada bukunya yang berjudul “Social Psychology” pada tahun 1908. Ross melihat bahwa sumber utama dari perilaku sosial bukan berasal dari dalam diri individu melainkan dari kelompok sosial (Maryam, 2018, hlm. 16.. Ross juga berpendapat bahwa orang-orang sering kali terbawa arus sosial, seperti penyebaran emosi dalam sebuah kerumunan (crowd) atau epidemik emosi religius.

Contoh yang diajukan oleh Ross adalah insiden the Dutch tulip craze di tahun 1634. Pada kejadian ini, banyak orang menjual rumah dan tanahnya untuk membeli akar bunga tulip yang nilainya lebih mahal dari emas, namun akhirnya menjadi tidak berharga saat kegilaan (craze) ini berhenti (Kenrick dkk, 2002 dalam Maryam, 2018, hlm. 18).

Untuk menjelaskan fenomena “kegilaan” di atas, Ross lebih melihat pada unsur kelompok sebagai keseluruhan daripada unsur psyche (jiwa) individual anggota kelompok. Ross melihat bahwa bahwa kegilaan (craze) dan mode (fads) sebagai produk dari “pikiran massa” (mob mind) yang menyebabkan ketertarikan irasional dan hilangnya perasaan maupun pikiran individual karena adanya sugesti dan imitasi (Kenrick dkk, 2002 dalam Maryam, 2018, hlm. 18).

> Baca juga:Sosiokultural sebagai Teori & Pendekatan (Ross, Sumner, Vygotsky)

Perspektif Evolusioner (The Evolutionary Perspective)
Para peneliti yang mengadopsi perspektif sosiokultural telah tertarik pada perbedaan perilaku dari satu budaya ke budaya selanjutnya. Namun sebagian peneliti lainnya lebih tertarik pada hal serupa, tidak hanya perbedaan budaya manusia melainkan juga mengkaji sekelompok binatang yang berbeda. Penekanan pada kesamaan ini bisa dilihat pada tahun 1908 dalam tulisan psikologi sosial oleh William McDougal, seorang ahli psikologi Inggris yang telah terlatih di bidang biologi.

McDougal menekankan sebuah perspektif evolusioner (evolutionary perspective), yang melihat perlaku sosial manusia bersumber dari disposisi fisik dan psikologis yang membantu leluhur manusia untuk bertahan hidup dan melakukan reproduksi (Kenrick dkk, 2002 dalam Maryam, 2018, hlm. 20).

Teori evolusioner berdampak dalam beberapa teori psikologi sosial, seperti teori tentang insting, teori tentang pengaruh lingkungan, dan teori-teori yang berkaitan dengan kajian lintas budaya (cross-cultural comparison).

Perspektif Belajar Sosial (The Social Learning Perspective)
Selama beberapa dekade setelah tahun 1908, kelompok yang mengikuti perspektif Ross dan pendekatan evolusioner McDougal mengalami penurunan popularitas (Kenrick, et al., 2002). Sebagai gantinya, banyak ahli psikologi beralih ke perspektif belajar sosial (the social learning perspective).

Perspektif ini melihat bahwa perilaku sosial dipengaruhi oleh pengalaman belajar masa lalu individu dengan hadiah (reward) dan hukuman (punishment). Tokoh yang muncul di era ini yaitu Allport (1924) dan Hull (1934). Belajar bisa terjadi secara tidak langsung, saat individu mengamati individu lain terutama saat perilaku individu yang diamati tersebut memperoleh pujian atau perhatian.

Serangkaian eksperimen yang menunjukkan tentang observational learning dilakukan oleh Bandura dan rekan-rekan sejawatnya, menunjukkan bagaimana anak-anak belajar meniru melakukan tindakan agresi setelah anak-anak lain dan orang dewasa yang melakukan tindakan kekerasan (violence) memperoleh hadiah (reward).

> Baca juga: Albert Bandura: Social Learning Theory (Teori Belajar Sosial)

Perspektif Fenomenologi (The Phenomenological Perspective)
Selama tahun , Kurt Lewin membawa perspektif yang berbeda dalam psikologi sosial, yang menekankan pada sudut pandang unik individu, atau fenomenologi (Kenrick, et al., 2002). Meskipun menekankan pada interpretasi subjektif, bukan berarti Lewin menganggap tidak ada realitas objektif.

Lewin bahkan menekankan pada interaksi antara situasi dan interpretasi individu. Lewin juga mengakui bahwa interpretasi individu terhadap sebuah situasi berkaitan dengan tujuan (goal) saat kejadian itu. Misalnya, jika seorang remaja laki-laki yang gemar berkelahi, maka tabrakan yang tidak disengaja akan diinterpretasikan sebagai sebuah tindakan mendorong yang disengaja (tindakan agresi).

Teori Lewin yang menekankan pada tujuan (goal), interaksi antara faktor situasi dan individu (person), dan fenomenologi, semuanya berdampak besar pada bidang kajian psikologi sosial. Salah satu dampak dari pandangan Lewin adalah munculnya pandangan konstruktivis sosial modern (the modern social constructivist view), yang dikemukakan oleh Beall (1993) dan Gergen (1989).

Perspektif Kognitif Sosial (The Social Cognitive Perspective)
Jika perspektif fenomenologi lebih menekankan pada pengalaman dari dalam (inner experience) individu, maka perspektif kognisi sosial memiliki pemikiran bahwa ada hubungan yang dekat antara psikologi sosial dengan psikologi kognitif. Selama tahun 1970 hingga 1980 sebuah perkembangan pesat dari para ahli psikologi sosial yang mengadopsi sebuah perspektif kognitif sosial (social cognitive perspective), yang fokus pada proses individu untuk memperhatikan peristiwa-peristiwa sosial dan menginterpretasikannya, serta bagaimana pengalaman-pengalaman individu disimpan dalam memori (Fiske & Taylor, 1991 dalam Maryam, 2018, hlm. 24). Gagasan utama dalam perspektif kognitif ada dua. Pertama, individu cenderung mengelompokkan dan mengategorikan objek secara spontan. Kedua, individu lebih fokus pada stimuli yang menonjol.

Perspektif Interaksionis Simbolik (The Symbolic Interactionist Frame)
Menurut perspektif ini, masyarakat merupakan sebuah web komunikasi dan berinteraksi, di mana masing-masing orang saling mempengaruhi satu sama lain saat berperilaku. Interaksi adalah simbolik, yang artinya orang-orang berkembang dalam interaksi itu sendiri. Lingkungan untuk bertindak dan berinteraksi didefinisikan secara simbolik oleh individu. Orang-orang berinteraksi dengan menggunakan simbol-simbol yang dikembangkan dalam 26 interaksi mereka, dan bertindak melalui komunikasi dari simbol-simbol ini (Delamater, 2006 dalam Maryam, 2018, hlm. 26).

Perspektif ini berasumsi bahwa manusia membentuk makna melalui proses komunikasi. Perspektif ini berfokus pada pentingnya konsep diri dan persepsi individu berdasarkan interaksi dengan individu lain. Kehidupan sosial merupakan sebuah proses.

Teori Pernyataan Harapan (Expectations States Theory)
Teori ini muncul sebagai sebuah semangat untuk menjelaskan beberapa temuan yang paling mencolok dari Robert F. Bales (1950) studi awal yang berpengaruh pada tingkah laku interpersonal dalam kelompok kecil. Teori ini berusaha untuk menjelaskan munculnya hierarki status dalam situasi di mana para pelaku berorientasi terhadap pencapaian tujuan atau tugas kolektif.

Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory)
Orientasi dasar dari teori ini didasarkan pada filosofis awal dan orientasi psikologi yang berasal dari utilitarianisme pada satu sisi dan aliran behavior pada sisi lainnya (Delamater, 2006). Homans mendefinisikan pertukaran sosial sebagai sebuah pertukaran aktivitas, secara nyata maupun tidak nyata, dan lebih banyak atau sedikit penghargaan atau biaya, antara sedikitnya dua orang. Prinsip dari teori pertukaran sosial didasarkan pada gagasan teori belajar dan teori pengambilan keputusan. Teori pertukaran sosial menganalisis interaksi antar individu berdasarkan keuntungan dan kerugian yang dipertukarkan individu.

Referensi
1. Diwyarthi, dkk. (2021). Psikologi sosial. Bandung: Widina Bhakti Persada.
2. Maryam, E.W. (2018). Psikologi sosial. Sidoarjo: UMSIDA Press.
3. Mulyadi, S., Rahardjo, W., Asmarany, A.I, Pranandari, K.(2016). Psikologi sosial. Jakarta: Penerbit Gunadarma.