Blog

Perancangan Produk Dan Jasa Pengertian Tahapan Siklus Dsb

Pengertian Perancangan Produk
Perancangan produk adalah mendefinisikan rancangan sebagai totalitas fitur yang memengaruhi penampilan dan fungsi produk tertentu menurut yang diisyaratkan oleh pelanggan (Kotler & Keller, 2018, hlm. 353). Produk sendiri dapat diartikan sebagai kepuasan yang diberikan perusahaan atau produsen terhadap konsumen (Iswanto & Akbar, 2021, hlm. 18). Kepuasan yang diberikan terhadap konsumen itu dapat berupa barang yang bernilai guna maupun jasa atau pelayanan yang diinginkan. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa perancangan produk dan jasa itu sejatinya adalah pendefinisian fitur dan kualitas barang/jasa untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.

Agar tujuan memuaskan konsumen tersebut dapat dicapai, maka sebaiknya perusahaan fokus terhadap pengembangan keunggulan kompetitif dengan menggunakan strategi bisnis yang antara lain, strategi bersaing, strategi pembeda, strategi biaya, strategi respons atau gabungan dari strategi tersebut. Perancangan atau desain produk sendiri merupakan salah satu strategi bersaing (Efendi, dkk, 2019, hlm. 15). Oleh sebab itu, perancangan produk dan jasa yang akan di produksi harus sudah mengantisipasi hal-hal ke depan, serta disesuaikan dengan keinginan pelanggan.

Perlu diingat pula bahwa desain produk yang dibicarakan dalam manajemen tidak hanya mengikat pada perancangan estetika atau ergonomi suatu barang saja. Hal tersebut merupakan ruang lingkup utama dari ilmu desain (desain produk) dan seni rupa, bukan manajemen. Peran utama manajer dalam ruang lingkup manajemen operasi adalah perancangan produk yang mengacu pada berbagai strategi dan keputusan yang diambil mengenai produk dengan investasi, pangsa pasar, siklus hidup produk (product life cycle), dan sebagainya.

Menurut Sachari (dalam Ramdhani, 2014, hlm. 163) desain bukan hanya milik salah satu disiplin ilmu, melainkan milik semua disiplin ilmu yang pada dasarnya lintas disiplin antara seni, sains, dan teknologi, seperti yang diilustrasikan gambar di bawah ini.

Begitu pula dengan perancangan produk dan jasa yang dimaksud dalam manajemen. Perancangan produk adalah pendefinisian, perencanaan, pengembangan produk yang dilakukan agar produk atau jasa mampu memenuhi kebutuhan konsumen serta dapat membantu perusahaan untuk mencapai tujuan bersama.

Tujuan Perancangan Produk
Desain produk mempunyai maksud dan tujuan untuk membantu perusahaan dalam menciptakan dan mengembangkan produk baru atau untuk menjamin hasil produki yang sesuai dengan keinginan pelanggan disatu pihak serta dipihak lain untuk menyesuaikan dengan kemampuan perusahaan.

1. Menghindari kegagalan-kegagalan yang mungkin terjadi dalam pembuatan suatu produk.
2. Memilih metode yang paling baik dan ekonomis dalam pembuatan produk.
3. Menentukan standarisasi atau spesifikasi produk yang dibuat.
4. Menghitung biaya dan menentukan harga produk yang dibuat.
5. Mengetahui kelayakan produk tersebut apakah sudah memenuhi persyaratan atau masih perlu perbaikan kembali.
6. Menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dan mempunyai nilai jual yang tinggi.
7. Menghasilkan produk yang tren pada masanya.
8. Membuat produk seekonomis mungkin dalam penggunaan bahan baku dan biaya-biaya dengan tanpa mengurangi nilai jual produk tersebut (Sukmono & Supardi, 2020, hlm. 303).

Tahap Perancangan Produk
Menurut Utama, dkk (2019, hlm. 48) terdapat beberapa tahapan dalam membuat desain produk, antara lain adalah sebagai berikut.

1. Menerjemahkan keinginan dan kebutuhan konsumen ke dalam produk dan jasa yang dibutuhkan.
2. Memperbaiki barang dan jasa yang sudah ada.
3. Mengembangkan barang dan jasa baru.
4. Memformulasikan/merumuskan kualitas tujuan.
5. Merumuskan target biaya.
6. Menyusun dan melakukan uji pada propotype.
7. Mendokumentasikan spesifikasi barang dan jasa yang dihasilkan.

Sistem Pengembangan Produk
Proses perancangan produk tidaklah berhenti setelah perancangannya telah diselesaikan saja. Perancangan produk akan melibatkan sistem pengembangan produk yang merupakan tahapan dan berbagai aktivitas yang menaungi perancangan produk secara holistik.

Langkah Pengembangan Produk
Menurut Iswanto & Akbar (2019, hlm. 20) pengembangan produk dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut ini.

1. Ide dapat datang dari berbagai sumber di dalam perusahaan, seperti departemen R&D, atau dari luar, dengan memahami perilaku konsumen, teknologi, persaingan, pekerja, dan pasokan. Tahap ini merupakan landasan untuk masuk pasar dan umumnya ikut pada strategi pemasaran perusahaan.
2. Kemampuan yang perusahaan miliki guna mewujudkan ide. Dengan jalan mengkoordinasikan devisidevisi yang terkait dalam perusahaan tersebut.
3. Permintaan konsumen agar bisa memenangkan persaingan dengan jalan melakukan identifikasi posisi produk dan manfaat yang diharapkan konsumen menggunakan atribut-atribut produk.
4. Spesifikasi fungsional: Bagaimana fungsi dari suatu produk? mengidentifikasi karakteristik engineering dari produk, membandingkan produk sendiri dengan produk pesaing.
5. Spesifikasi produk: Bagaimana pembuatan produk? Menggunakan spesifikasi fisik, yaitu: volume, dimensi, berat.
6. Review desain: Spesifikasi produk apakah sudah maksimal dalam memenuhi keinginan konsumen?
7. Tes pasar: Produk apakah sudah sesuai keinginan konsumen? Agar bisa dipastikan peluang ke depannya produk dengan perjualan skala besar.
8. Perkenalan: Dengan memasarkan produk yang diproduksi secara masal di pasar.
9. Evaluasi: sebagai barometer gagal atau suksesnya produk, sebab jika produk gagal bisa dengan cepat digantikan produk lain yang prospeknya menguntungkan.

Quality Function Deployment (QFD)
QFD adalah proses bagaimana keinginan pelanggan perihal ”konsumen menginginkan apa” kemudian diterjemahkan menjadi ”bagaimana supaya masing-masing bagian bisa memahami serta melaksanakan” ditetapkan (Iswanto & Akbar, 2020, hlm. 20). Dalam QFD menggunakan alat rumah kualitas (house of quality), adalah teknik grafis yang digunakan untuk menerjemahkan hubungan antara keinginan pelanggan dan produk (jasa atau barang). Untuk membuat house of quality terdapat enam tahap, ialah:

1. Mengidentifikasi yang diinginkan pelanggan;
2. Mengidentifikasi bagaimana agar produk mampu memenuhi yang diinginkan pelanggan;
3. Langkah 1 dan langkah 2 dihubungkan;
4. Mengidentifikasi bagaimana hubungan antara hal-hal yang ada di perusahaan menjadi konsep bagaimana;
5. Mengembangkan level kepentingan;
6. Mengevaluasi produk dari pesaing.

Mengorganisasikan Pengembangan Produk
Perusahaan banyak yang telah menciptakan departemen pengembangan produk yang terpisah, diikuti oleh departemen teknik manufaktur untuk merancang produk, dan kemudian departemen produksi untuk produksi massal produk-produk ini. Metode ini memiliki kelebihan, yaitu ada tanggung jawab dan tanggung jawab yang tetap, tetapi ada kekurangannya, yaitu kurangnya pandangan ke depan.

Metode lain adalah menugaskan manajer produk untuk “memenangkan” produk melalui sistem pengembangan produk dan organisasi terkait. Pendekatan paling baru yang bisa dipakai adalah menggunakan tim dan lebih dikenal dengan:

1. Bagian Pengembangan Produk memiliki tanggung jawab untuk menerjemahkan keinginan konsumen menjadi produk yang berhasil, yang artinya produk bisa dibuat, bisa dipasarkan mampu melayani dengan baik;
2. Tim desain mempunyai tanggung jawab atas desain produk yang sesuai kebutuhan konsumen serta kapasitas produksi perusahaan;
3. Tim Rekayasa Nilai, dikenal dengan lintas fungsional karena dibentuk dari gabungan semua unsur yang terdampak sehingga pengembangan produk dapat lebih cepat dikerjakan melalui kerja sama dari unsur yang beragam (Iswanto & Akbar, 2020, hlm. 20).

Rekayasa Nilai dan Manufacturability
Rekayasa nilai dan manufacturability adalah kegiatan untuk membantu perbaikan desain, proses produksi, penggunaan dan pemeliharaan produk. Tujuan dari dilakukannya hal ini adalah:

1. Agar kompleksitas produk bisa dikurangi.;
2. Komponen yang ditambahkan terstandardisasi. 3) Bisa memperbaiki aspek fungsional produk;
3. Keamanan pekerjaan dan desain pekerjaan dapat diperbaiki;
4. Kemudahan pemeliharaan produk dapat diperbaiki;
5. Desain yang tangguh.

Membuat Produk Baru
Produk-produk yang dibuat oleh perusahaan tentunya harus melalui siklus hidup dan tahapan-tahapan lainnya, maka penentuan produk, desain produk dan definisi produk semuanya harus selalu diperbarui. Oleh karena itu, mengetahui cara sukses membuat serta menjadikan produk baru berkembang adalah menjadi keharusan bagi perusahaan yang tetap ingin bertahan.

Peluang Membuat Produk Baru
Salah satu fundamental dasar untuk merancang produk baru adalah dengan melihat peluang untuk membuat produk baru. Menurut Iswanto & Akbar (2021, hlm. 19) peluang lahirnya produk baru antara lain disebabkan oleh kondisi:

1. Konsumen yang semakin paham,
2. Kondisi ekonomi yang berubah,
3. Perubahan aturan/politik,
4. Perkembangan teknologi,
5. Sosiologi dan demografi yang berubah,
6. Hal-hal lain yang juga berubah, seperti: a) metode pemasaran, b) jenis profesi, distributor.

Nilai Penting Produk Baru
Perusahaan perlu terus berupaya untuk menciptakan produk yang baru atau pembaruan produk, sebab bisa menyeimbangkan persaingan yang dihadapi, termasuk produk alternatif dan perubahan keinginan serta kebutuhan konsumen. Meskipun banyak produk baru yang tidak ada di pasaran pada kenyataannya, kami masih harus terus bekerja keras untuk meluncurkan produk baru. Oleh karena itu, pemilihan produk, definisi produk, dan desain produk sangat penting dan harus dilanjutkan agar organisasi terutama manajer operasi harus memahami risiko dari kemungkinan terjadinya kegagalan. Selama aktivitas yang dijalankan masih berlangsung, produk-produk baru harus banyak ditampung.

Siklus Hidup Produk
Setiap produk yang akan dirancang akan mengalami siklus hidup yang memiliki berbagai kondisi berbeda-beda. Bisa jadi kondisi produk yang dirancang di fase awal memang telah memenuhi kebutuhan konsumen dengan baik. Akan tetapi, di fase perkembangan bisa ternyata konsumen menyadari bahwa produk tidaklah sesuai dengan keinginan mereka.

Oleh karena itu, diperlukan pengujian produk secara periodik perlu dilakukan karena strategi berubah seiring dengan bergeraknya produk dalam siklus hidupnya. Menurut Sukmono & Supardi (2020, hlm. 305) strategi perancangan produk yang sukses membutuhkan penentuan strategi terbaik bagi masing-masing produk berdasarkan pada posisinya dalam siklus hidupnya yang akan dipaparkan sebagai berikut.

1. Fase Pengenalan,
karena produk masih menjadi “fine tune” bagi pasar sehingga memerlukan biaya-biaya yang tidak biasa untuk; riset, pengembangan produk, proses modifikasi dan perbaikan, serta pengembangan pemasok. . Fase Pertumbuhan,
desain produk telah mulai stabil dan perkiraan kebutuhan kapasitas yang efektif sangat dibutuhkan. Penambahan kapasitas atau pemaksimalan kapasitas yang ada untuk mengakomodasi pertumbuhan permintaan produk akan dibutuhkan. . Fase Kematangan,
ketika sebuah produk matang kompetitor muncul. Produksi dengan volume tinggi dan inovatif akan dibutuhkan. Memperbaiki pengendalian biaya, penurunan pilihan, dan pengurangan lini produk akan menjadi langkah efektif atau penting untuk profitabilitas dan pangsa pasar. . Fase Penurunan,
produk yang
sekarat biasanya adalah produk-produk yang lemah yang membutuhkan investasi sumber daya dan keahlian manajerial. Kecuali produk-produk sekarat memberi kontribusi unik bagi reputasi perusahaan atau lini produknya atau dapat dijual dengan kontribusi yang sangat tinggi, produksinya harus dihentikan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perancangan Produk
Menurut Utama, dkk (2019, hlm. 54) dalam mendesain produk ataupun jasa, dibutuhkan strategi desain yang akan bersinggungan langsung dengan beberapa faktor berikut.

1. Biaya
Segala sesuatu pasti memerlukan biaya atau modal, begitu pula untuk membuat strategi desain. Untuk menjamin keberhasilan dari strategi desain maka diperlukan biaya. Namun, dalam membuat strategi desain, hal yang harus dipikirkan adalah meskipun bagaimana agar dengan biaya yang rendah, produk yang dihasilkan tetap menarik dan berguna bagi para konsumen. . Kualitas
Strategi desain harus mempertimbangkan kualitas yang dimiliki suatu produk. Kualitas yang dimaksud adalah kemampuan yang dimiliki suatu produk untuk memuaskan kebutuhan atau tuntutan pelanggan (Simamora, dalam Utama, dkk, 2019, hlm. 54). Produk harus menarik dan berguna bagi konsumen. Meskipun terdapat banyak produk serupa yang dipasarkan secara bersamaan, produk dengan kualitas yang baiklah yang dipilih oleh konsumen. . Time-to-market
Time-to-market adalah lama waktu yang dibutuhkan dalam proses pengembangan produk dari ide produk sampai ke produk jadi. Dalam mendesain produk, hal ini juga harus diperhatikan karena ini merupakan komponen penting dalam kompetisi berbasis waktu. . Kepuasan konsumen
Agar laku, desain produk yang dibuat harus bisa memenuhi kebutuhan ataupun keinginan konsumen. Kepuasan konsumen merupakan hal penting bagi produsen karena dengan adanya konsumen hasil produksinya akan terus ada dan digunakan dan bisnis akan terus berjalan lancar. . Keunggulan kompetitif
Keunggulan kompetitif adalah kemampuan perusahaan untuk memformulasi strategi pencapaian peluang profit melalui maksimalisasi penerima dari investasi yang dilakukan. Untuk meraih keunggulan kompetitif, perusahaan setidaknya harus memiliki dua prinsip pokok, yaitu adanya nilai lebih bagi pelanggan dan keunikan produk.

Perancangan Jasa
Telah diungkapkan bahwa pada dasarnya, jasa juga merupakan produk karena merupakan suatu aktivitas yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Oleh karena itu, berbagai pemaparan mengenai perancangan produk di atas juga berlaku pada jasa yang merupakan bagian dari produk.

Namun demikian, agar mampu memberi pelayanan terbaik bagi konsumen, perusahaan perlu mendesain jasanya secara tepat. Tujuannya ialah mengurangi keluhan konsumen agar bisa diantisipasi secara maksimal oleh perusashaan. Menurut Efendi, dkk (2019, hlm. 18) maksimalisi pelayanan bagi komsumen dapat diwujudkan dengan cara berikut.

1. Membuat desain pelayanan berdasarkan partisipasi pelanggan (mengikuti dan/atau mempertimbangkan permintaan pelanggan).
2. Mendesain pelayanan berdasarkan partisipasi pelanggan setelah pengiriman dilakukan (desain dapat dibuat setelah bertemu dengan pelanggan).
3. Mendesain pelayanan berdasarkan partisipasi pelanggan setelah pembuatan desain dan pelaksanaan pengiriman.

Referensi
1. Efendi, S., Pratiknyo, D., Sugiono, E. (2019). Manajemen operasional. Jakarta: LPU-UNAS.
2. Iswanto, & Akbar, A. (2021). Buku ajar manajemen operasi. Sidoarjo: Umsida Press.
3. Kotler, Philip., & Keller, Kevin Lane. (2018). Manajemen pemasaran. Jakarta: Indeks.
4. Ramdhani, A. (2014). Manajemen operasi. Bandung: Pustaka Setia Bandung.
5. Sukmono, R.A., & Supardi. (2020). Manajemen operasional dan implementasi dalam industri. Sidoarjo: Umsida Press.
6. Utama, R.E., Jaharuddin, N.A.G., Priharta, A. (2019). Manajemen operasi. Jakarta: UM Jakarta Press.