Blog

Metode Penelitian Dalam Psikologi Pendidikan

> Metode Penelitian Dalam Psikologi Pendidikan
1. Metode Eksperimen Metode penelitian eksperimen termasuk dalam metode penelitian kuantitatif. Fraenkel dan Wallen (2009) menyatakan bahwa eksperimen berarti mencoba, mencari, dan mengkonfirmasi. Gordon L Patzer (1996) menyatakan bahwa hubungan kausal atau sebab akibat adalah inti dari penelitian eksperimen. Hubungan kausal adalah hubungan sebab akibat, hal ini berarti bila variabel independen diubah-ubah nilainya maka akan merubah nilai dependen. Misalnya, bila niai insentif dinaikturunkan maka akan merubah nilai kinerja pegawai. Dapat disimpulkan bahwa pengertian metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (treatment/perlakuan) terhadap variabel dependen (hasil) dalam kondisi yang terkendalikan. Kondisi dikendalikan agar tidak ada variabel lain (selain varibel treatment) yanng mempengaruhi variabel dependen. Agar kondisi dapa dikendalikan maka dalam penelitian eksperimen menggunakan kelompok kontrol dan sering penelitian eksperimen dilakukan di dalam laboratorium. Beberapa Faktor Utama dalam Penelitian Eksperimen 1. Hipotesis 2. Variabel Dependen 3. Variabel independen 4. Subyek Beberapa Faktor Utama dalam Penelitian Ekperimen 1. Pre-Experimenal Design (Nondesigns) Disebut Pre Experimental Design karena desain ini belum termasuk eksperimen yang sungguh-sungguh 2. True Experimental Design Dalam penelitian ini, peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen adalah bentuk modifikasi atas true experimental design. 4.Quasi Experimental Design merupakan pengembangan dari true experimental design, namun desain ini cenderung sulit dilaksanakan. 2. Metode Penelitian Kuesioner Kuesioner adalah instrumen penelitian yang terdiri dari rangkaian pertanyaan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi dari responden. Kuesioner dapat dianggap sebagai wawancara tertulis. Cara ini dapat dilakukan dengan tatap muka, melalui telepon, komputer atau bahkan pos. Kuesioner adalah cara pengumpulan informasi dalam jumlah besar yang relatif murah, cepat dan efisien. Dengan kuesioner kita juga bisa mendapatkan data dari sampel orang banyak. Namun, metode ini tetap memiliki kekurangan. Masalah pada kuesioner adalah bahwa responden bisa saja memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan karena keinginan sosial. Hal ini tidak lepas dari keinginan orang untuk menampilkan citra diri yang positif sehingga responden bisa saja berbohong atau membengkokkan kebenaran agar jawabannya terlihat bagus. Terlepas dari kekurangan tersebut, kuesioner adalah alat yang efektif untuk mengukur perilaku, sikap, preferensi, pendapat, dan niat dari subjek dalam jumlah yang relatif besar dengan biaya yang lebih murah dan cepat, Jenis Penelitian Kuisioner Kuesioner terbuka adalah daftar pertanyaan yang memberi kesempatan pada responden untuk menuliskan pendapat mengenai pertanyaan yang diberikan peneliti, sehingga dalam jenis kuesioner ini proses mendapatkan datanya memerlukan keahlian penelitian dalam memberikan pertanyaan yang mudah untuk di pahami. Kuesioner tertutup adalah daftar pertanyaan yang alternatif jawabannya sudah disediakan oleh peneliti. Cara ini sering dianggap efektif dengan alasan karena responden hanya perlu memberikan tanda centang (√) dalam kolom yang disediakan Kuesioner campuran adalah perpaduan antara jenis kuesioner terbuka dan tertutup. Bisanya teknik ini dipergunakan selain mengetahui topik yang mendalam guna mendapatkan serangkaian data-data penelitian berupa angka. Karakteristik Metode Penelitian Kuesioner yang Baik Kuesioner sangat berguna untuk mengumpulkan informasi demografis, pendapat pribadi, fakta, atau sikap dari responden. Salah satu atribut terpenting dari sebuah formulir penelitian adalah desain dan standarisasi yang seragam, di mana setiap responden melihat pertanyaan yang sama. eksplorasi dalam mengumpulkan data kualitatif. Tidak ada batasan pada pertanyaan yang ada di kuesioner Anda Kuesioner biasanya mengikuti aliran pertanyaan yang terstruktur untuk meningkatkan jumlah respons. Urutan pertanyaan ini adalah pertanyaan saringan, pertanyaan pemanasan, pertanyaan transisi, pertanyaan lewati, pertanyaan menantang, dan pertanyaan klasifikasi 1. Memberikan waktu kepada responden untuk mempertimbangkan tanggapan mereka dengan hati-hati tanpa gangguan 2. Kuesioner dapat diberikan kepada banyak orang secara bersamaan. 3. Setiap responden menerima pertanyaan yang sama. Dengan pertanyaan bentuk tertutup, tanggapan distandarisasi, sehingga dapat membantu penafsiran dari sejumlah besar responden. 4. Dapat menangani sejumlah besar masalah dan pertanyaan yang menjadi perhatian dengan cara yang relatif efisien, dengan kemungkinan tingkat respons yang tinggi. 5. Seringkali, kuesioner dirancang sedemikian rupa sehingga jawaban atas pertanyaan diberi skor, yang kemudian skor tersebut dijumlahkan untuk mendapatkan ukuran keseluruhan dari sikap dan pendapat responden. 6. Kuesioner mengizinkan adanya anonimitas. Dengan diizinkannya anonimitas, akan memperbesar tingkat tanggapan dan menurunkan potensi jawaban yang tidak benar. 1. Sulit untuk mendapatkan tingkat respons yang baik. Seringkali tidak ada motivasi yang kuat bagi responden untuk merespon 2. Kuesioner adalah instrumen yang kompleks dan, jika tidak dirancang dengan baik, dapat menyesatkan 3. Kuesioner adalah metode evaluasi yang tidak sesuai jika Anda perlu penyelidikan, karena biasanya tidak ada kemungkinan untuk menindaklanjuti jawaban 4. Kualitas data mungkin tidak sebaik metode pengumpulan data alternatif, seperti wawancara pribadi. 3. Metode Penelitian Studi Kasus Studi Kasus Menurut Para Ahli 1. Yin (1996) yang menjelaskan bahwa studi kasus merupakan proses pencarian pengetahuan yang empiris guna menyelidiki dan meneliti berbagai fenomena dalam konteks kehidupan nyata. 2. Pollit dan Hungler (1990), keduanya menjelaskan bahwa studi kasus adalah metode penelitian yang fokusnya terletak pada penentuan dinamika mengenai pertanyaan lebih lanjut mengapa seseorang berpikir, melakukan sesuatu, atau bahkan mengembangkan diri. 3. Susilo Rahardjo dan Gudnanto (2011) menjelaskan bahwa penelitian studi kasus adalah metode yang diterapkan untuk memahami individu lebih mendalam dengan dipraktekkan secara integratif dan komprehensif 4. Bimo Walgito (2010) yang menerangkan bahwa metode studi kasus adalah metode yang bertujuan untuk mempelajari dan menyelidiki suatu kejadian atau fenomena mengenai individu, seperti riwayat hidup seseorang yang menjadi objek penelitian 5. Tellis (1997) juga menjelaskan mengenai definisi dari metode studi kasus. Tellis menjelaskan bahwa metode ini merupakan metode penelitian yang memiliki memiliki unit analisis yang lebih mengacu pada sistem tindakan yang dilakukan dibanding pada individunya sendiri atau suatu lembaga tertentu. Jenis Penelitian Studi Kasus 1. studi kasus eksplanatori, yakni jenis metode studi kasus yang digunakan oleh peneliti ketika tidak lagi bisa menemukan atau memiliki kendali atas fenomena yang diteliti 2. studi kasus eksploratori, yaitu metode penelitian yang tujuannya adalah untuk menjawab pertanyaan “apa” dan juga “siapa”. Data yang dikumpulkan peneliti berasal dari dua sumber, yakni dari data eksplorasi dan data tambahan. 3. studi kasus deskriptif yang diterapkan dengan tujuan menganalisis urutan peristiwa tertentu yang terjadi di masa lalu. Topik di jenis penelitian ini biasanya mencakup bidang budaya atau disebut juga sebagai bidang sejarah. Bentuk Penelitian Studi Kasus Berdasarkan Permasalahan Penelitian 1. studi kasus instrumental tunggal atau single instrumental case study. Merupakan bentuk penelitian studi kasus yang dilakukan dengan menggunakan sebuah kasus untuk memberi gambaran mengenai suatu isu. 2. Studi kasus jamak adalah studi kasus kebalikan dari instrumental tunggal pada studi kasus jamak jumlah kasus yang di pelajari atau di teliti lebih dari satu 3. studi kasus mendalam, merupakan bentuk penelitian studi kasus yang diterapkan pada suatu kasus yang memiliki suatu kekhasan atau ciri khas dan juga keunikan yang cukup tinggi dibanding kasus pada umumnya. Sehingga kasus ini sejak awal sudah mencuri perhatian peneliti untuk dikaji. Tujuan Studi Kasus Secara Umum 1. Menggambarkan situasi individu, sehingga dalam metode penelitian ini peneliti akan mencoba menggambarkan secara detail mengenai situasi yang dialami oleh individu yang statusnya adalah subjek penelitian. Individu disini bisa sebagai seseorang, sebuah bisnis, sebuah organisasi, dan lain-lain. 2. Mengidentifikasi masalah utama pada suatu kasus, sehingga peneliti bisa melakukan identifikasi berbagai masalah dan menentukan masalah yang menjadi masalah utama dari suatu kasus. 3. Menganalisa kasus menggunakan konsep teoritis, tentunya teori yang digunakan masih relevan dari unit atau bidang disiplin ilmu tertentu. 4. Merekomendasikan tindakan yang bisa menjadi penyelesaian dari suatu kasus, atau bisa dikatakan peneliti bisa merekomendasikan solusi atas masalah yang menjadi penyebab suatu kasus. Contoh Penelitian Studi Kasus 1. Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui bagaimana perkembangan seorang anak yang dibesarkan oleh orangtua tunggal atau single parent. 2. Penelitian yang dilakukan kepada anak yang mengalami isolasi atau diabaikan kehadirannya sampai anak tersebut menginjak usia 12 tahun. 3. Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui riwayat kesehatan seseorang sejak lahir sampai menginjak usia remaja, atau bisa juga dari usia remaja misalnya 12 tahun sampai memasuki usia dewasa di usia 35 tahun. 4. Penelitian untuk mengetahui peningkatan atau perkembangan karir seseorang di suatu lingkungan kerja atau perusahaan. 5. Penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efek dari kelas menulis yang diikuti oleh anak-anak dari kelas VI di sekolah X. 6. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan kemampuan atau keterampilan menggambar anak-anak kelas VI di sekolah X setelah mengikuti kelas menggambar secara intensif. 4. Metode Penelitian Penyelidikan Kasus Pada awal mulanya, metode penyelidikan klinis atau biasa disebut dengan metode klinis (clinical method) hanya digunakan oleh para ahli psikologi klinis atau psikiater. Dalam metode ini terdapat prosedur diagnosis dan penggolongan penyakit kelainan jiwa serta cara-cara memberi perlakuan (psychological treatment) terhadap kelainan jiwa tersebut. Jean Piaget adalah yang mula-mula memanfaatkan metode klinis untuk kepentingan pendidikan. Piaget telah sering menggunakan metode ini untuk mengumpulkan data dengan cara yang unik yakni interaksi semu alamiah (quasi-natural) antara peneliti dengan anak yang diteliti (Reber, 1988). Dalam pelaksanaannya, peneliti menyediakan benda-benda dan memberikan tugas serta pertanyaan-pertanyaan tertentu yang boleh diselesaikan oleh anak secara bebas menurut persepsi dan kehendaknya. Kemudian, setelah data dari hasil penyelidikan pertama diangkat dan diberi perlakuan khusus (misalnya dianalisis sekilas), peneliti mengajukan lagi pertanyaan atau tugas tambahan untuk mendukung data yang telah terhimpun sebelumnya. Sebelumnya perlu dicatat bahwa metode klinis pada umumnya hanya diberlakukan untuk menyelidiki anak atau siswa yang mengalami penyimpangan psikologis tak terkecuali penyimpangan perilaku. Oleh karenanya, penggunaan sarana dan cara yang dikaitkan dengan metode tersebut harus memperhatikan batas-batas kesanggupan siswa. Sama halnya dengan eksperimen yang dilakukan di laboratorium, metode klinis juga mementingkan intensitas dan ketelitian yang sungguh-sungguh. Sasaran yang akan dicapai oleh penelitian dengan menggunakan metode klisnis adalah untuk memastikan sebab-sebab munculnya ketidaknormalan perilaku seorang siswa atau sekelompok kecil siswa. Berdasarkan kepastian faktor penyebab itu penelitian berupaya memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengatasi penyimpangan tersebut. 5. Metode Penelitian Observasi Naturalistik Metode observasi naturalistik adalah sebuah jenis observasi yang dilakukan secara alami. Artinya, peneliti berada di luar objek yang sedang diteliti dan tidak menempatkan dirinya sebagai subjek yang melakukan penelitian. Observasi jenis ini biasanya dipilih untuk meneliti objek sehari-hari yang tidak bisa dieksperimenkan, misalnya karena terbentuk norma, etika, agama atau peraturan-peraturan lain di masyarakat. Oleh karen Meskipun dalam observasi naturalistik peneliti atau ilmuwan tidak melakukan modifikasi, bahkan tidak menunjukkan perilaku sedang meneliti, metode observasi naturalistik hendaknya tetap mengikuti teknik observasi dalam psikologi, di antaranya adalah dengan melakukannya secara teliti, selektif dan sistematis. dalam kasus seperti ini ilmuwan hanya bisa mengobservasi dan mencatat kejadian-kejadian untuk dilakukan analisis, diteliti dan diambil kesimpulannya. Sementara itu, dalam bidang psikologi pendidikan, metode observasi naturalistik bisa digunakan untuk mengamati tingkah laku sekelompok anak agar bisa melihat interaksi sosial yang terjadi. Tujuan Metode Penelitian Observasi Naturalistik Setiap metode peneliian memiliki tujuan tertentu yang bisa menjadi bahan pertimbangan mengapa metode tersebut yang dipilih. Oleh karena metode observasi naturalistik ini menggunakan subjek yang apa adanya dalam setting yang alamiah, maka hasil yang didapatkan pun akan alami. Maka, tujuan dari penelitiaan naturalistik ini adalah untuk bisa mengetahui aktualitas dan realitas sosial serta persepsi manusia melalui pengakuan mereka terhadap suatu hal yang mungkin tidak bisa mereka ungkapkan melalui pengukuran formal atau penelitian yang terencana. Oleh karena itulah metode observasi naturalistik sangat baik untuk memahami gejala sosial yang terjadi. Jika melihat dari segi orientasi penelitian, penelitian naturalistik lebih memfokuskan orientasinya pada proses. Hal ini menyebabkan penelitian naturalistik dianggap sesuai unuk memecahkan penelitian yang ingin menjawab permasalahan terkai kegiatan manusia, seperti perubahan perilaku, pembentukan perilaku siswa, peran sosial suatu profesi, dan lain-lain, dimana dalam mengungkapkan fenomena tersebut dapat dilakukan secara ganda dan non-linier. Metode Observasi Naturalistik dalam Psikologi Pendidikan Seperti yang disebutkan secara singkat sebelumnya, metode observasi naturalistik bisa digunakan dalam psikologi pendidikan untuk mengamati interaksi yang terjadi dalam sekelompok anak peserta didik. Metode ini dapat dilakukan oleh psikolog atau guru yang menjadi pendampingnya melalui kegiatan belajar mengajar sehari-hari dalam kelas reguler, bukan kelas yang dibentuk secara khusus. Selama kegiatan belajar mengajar sedang berjalan, jenis tingkah laku peserta didik yang sedang diteliti akan dicatat dalam suatu format observasi yang secara khusus dirancang sebelumnya sesuai data atau informasi yang dibutuhkan. Sebagai contoh penggunaan metode observasi naturalistik dalam bidang pendidikan adalah ketika psikolog atau guru ingin mengamati bagaimana kecepatan anak dalam membaca suatu teks. Maka, anak-anak peserta didik akan diberi bahan bacaan seperti biasa dan diminta untuk membacanya, seperti kegiatan belajar mengajar sehari-hari. Kemudian, guru akan mencatat observasinya sesuai data yang dibutuhkan dari kecepatan membaca anak-anak tersebut Kapan Menggunakan Metode Observasi Naturalistik ? * Metode ini baik digunakan jika inkuiri atau pengetahuan peneliti tentang hal yang diteliti masih kurang mumpuni atau kurang memadai * Tidak ada hipotesis dan variabel yang paling relevan untuk penelitian * Jika variabel yang perlu dikaji ada yang memiliki konteks natural Selain pertimbangan-pertimbangan di atas, perlu diketahui pula bahwa penelitian menggunakan metode observasi naturalistik, yang termasuk dalam jenis metode kualitatif, akan memberi hasil yang sangat personal dan sangat mungkin dipengaruhi oleh bias peneliti. Karakteristik Metode Naturalistik Untuk bisa lebih memahami penelitian kualitatif naturalistik, Anda bisa membedakan metode ini dengan metode lainnya menggunakan karakteristik-karakteristik menurut Bogdan dan Biklen (1995: 27-30) berikut: 1.Setting atau latar yang digunakan alami sebagai sumber data langsung, dan peneliti merupakan instrumen kunci 2.Penelitian bersifat deskriptif 3.Lebih memfokuskan orientasi pada proses, bukan pada hasil 4.Analisis data cenderung dilakukan secara induktif 5.Sangat memperhatikan ‘makna’ Selain karakteristik di atas yang disebutkan oleh Bogdan dan Biklen, terdapat beberapa karakteristik lain yang disebutkan oleh Guba, antara lain: 1. Sifat naturalistik yang dimiliki oleh observasi naturalistik memungkinkan peneliti mengangkat hal-hal yang tidak terungkapkan untuk memperkaya hal-hal lain yang lebih mudah diekspresikan 2. Metode ini lebih sensitif dan adaptif terhadap berbagai pengaruh timbal balik 3. Sampel diambil secara purposive dan menghindari pengambilan sampel secara acak. Hal ini untuk menekan kemunculan kasus yang menyimpang, serta mempemudah peneliti melihat hal-hal yang dicari karena akan tampak lebih menonjol pada sampel purposive 4. Teori disusun secara empiris, bukan dibangun secara apriori 5. Desain penelitian bersifat sementara karena realitas ganda sulit untuk dibuat kerangkanya 6. Makna yang didapat diambil dari kesepakatan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara peneliti memastikan hasilnya pada masyarakat atau kelompok yang terlibat karena mereka lebih memahami konteksnya daripada si peneliti sendiri