Blog

Aborsi Definisi Tujuan Prosedur Dll

Obat tersebut bisa diminum langsung secara oral atau dimasukan ke dalam vagina.

Cara kerja mifepristone adalah dengan memblokir hormon progesteron sehingga lapisan rahim pun menipis dan mencegah perkembangan embrio.

Sementara cara kerja misoprostol akan membuat rahim semakin berkontraksi dan mendorong jaringan embrio keluar dari vagina.

Anda akan merasa kram dan keluar perdarahan yang berat setelah 1-4 jam meminum misoprostol.

Sebanyak 92% hingga 97% wanita yang melakukan metode ini akan menyelesaikan proses aborsi dalam kurun waktu 2 minggu.

Setelah itu, Anda perlu kembali ke dokter untuk memastikan proses ini sudah benar-benar selesai.

2. Aborsi medis menggunakan methotrexate
Proses aborsi yang satu ini dilakukan saat usia kehamilan berusia maksimal 7 minggu. Namun, obat ini tergolong jarang digunakan sejak metode sebelumnya sudah disetujui oleh FDA.

Biasanya, methotrexate digunakan pada wanita yang alergi terhadap mifepristone. Perlu diketahui pula bahwa jenis obat ini tidak boleh digunakan ketika usia kehamilan sudah mencapai 50 hari.

Setelah dimaksukkan melalui suntikkan, sekitar 68% hingga 81%, janin akan keluar dalam waktu 2 minggu.

Aborsi metode operasi
Dokter akan melakukan jenis aborsi yang satu ini pada usia kehamilan 9 hingga 14 minggu. Berikut beberapa metode operasi yang bisa dilakukan.

1. Aspirasi vakum
Jenis atau metode aborsi ini dilakukan saat usia kandungan berada di trimester pertama atau trimester kedua.

Cara kerjanya adalah dengan menyedot janin dan plasenta keluar dari rahim menggunakan alat tabung kecil. Prosedur ini hanya boleh dilakukan oleh dokter terlatih, di rumah sakit.

Anda akan diberikan anestesi lokal pada bagian serviks untuk mengurangi rasa sakit.

Namun, mungkin Anda akan merasa kram perut karena rahim akan berkontraksi ketika jaringan diangkat.

Prosedur ini biasanya dilakukan selama kurang lebih 10 menit dan tidak bisa dilakukan untuk semua kasus.

Sebagai contoh, ketika kondisi rahim berbentuk abnormal bisa mengakibatkan ibu hamil mengalami gangguan pembekuan darah serta infeksi panggul.

2. Dilatasi dan evakuasi
Dilatasi dan evakuasi (D&E) adalah prosedur aborsi yang dilakukan pada trimester kedua, atau biasanya setelah usia kandungan melewati 14 minggu.

Aborsi ini direkomendasikan bagi kasus kehamilan karena kondisi fisik janin yang sangat parah atau ada masalah medis khusus.

D&E merupakan prosedur yang mengombinasikan aspirasi vakum, forsep (alat penjepit khusus), dan dilatasi kuret.

Pada hari pertama, dokter akan membuat serviks melebar agar lebih mudah menghilangkan jaringan kehamilan.

Di hari kedua, dokter menggunakan forsep untuk mengangkat janin dan plasenta, serta akan menggunakan alat seperti sendok yang disebut kuret untuk mengikis lapisan rahim.

Prosedur ini tergolong menyakitkan, tetapi dokter akan memberikan obat untuk mengurangi rasa sakit tersebut.

3. Dilatasi dan kuret
Proses aborsi ini juga biasa disebut sebagai kuret atau kuretase yang tujuannya adalah untuk mengeluarkan jaringan abnormal dalam rahim.

Dilatasi mengacu pada pelebaran atau pembukaan leher rahim karena leher rahim ibu tentu tidak terbuka sendiri. Setelah diltasi, tahapan selanjutnya dilakukan kuretase.

Apabila dilakukan di usia kehamilan yang lebih awal, metode ini akan semakin mudah dan aman.

4. Histerotomi perut
Ini merupakan metode aborsi yang termasuk ke dalam operasi besar karena memerlukan sayatan di perut. Sayatan pada bagian perut dilakukan untuk megeluarkan janin dari rahim.

Perlu diketahui proses ini jarang terjadi, tetapi diperlukan ketika dilasi dan evakuasi tidak dapat dilakukan.

Anda akan diberikan anestesi lengkap sehingga tidak sadarkan diri ketika operasi berlangsung.

Apa saja risiko & komplikasi aborsi?
Semua metode aborsi, baik itu menggunakan pil maupun operasi sama-sama memiliki kemungkinan terjadinya komplikasi. Namun, risiko dan komplikasi ini tergolong rendah.

Berikut beberapa tanda dan gejala komplikasi dari aborsi yang perlu ditindaklanjuti, seperti:

* Perdarahan yang cukup hebat.
* Sakit perut atau punggung yang cukup parah.
* Demam berlangsung lebih dari 24 jam.
* Keputihan atau flek yang disertai bau tidak sedap.

Tidak hanya itu saja, ada kemungkinan beberapa wanita akan mengalami berbagai kondisi psikis yang melibatkan perasaan emosional.

Sebagai contoh, merasa kehilangan dan perasaan sedih mendalam.

Apabila kondisi ini berlangsung lama, tidak ada salahnya Anda berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater untuk menghindari terjadinya depresi.

Seberapa cepat proses pemulihan setelah aborsi?
Setelah menjalani operasi, Anda diperbolehkan pulang ke rumah pada hari yang sama. Kecuali pada beberapa kasus tertentu, Anda perlu bermalam di rumah sakit.

Beristirahatlah di rumah selama satu sampai dua hari dan jangan lupa untuk mengonsumsi obat penghilang rasa sakit jika dibutuhkan.

Selama beberapa hari, Anda mungkin mengalami kram dan perdarahan seperti ketika mengalami menstruasi.

Anda dapat berdiskusi dengan dokter atau petugas medis mengenai kebutuhan kontrasepsi, antibiotik, atau suntikan jika golongan darah Anda memiliki rhesus negatif.

Proses aborsi yang sudah dilakukan seharusnya tidak memengaruhi kesuburan. Namun, jika hamil kembali, pasien mengalami peningkatan risiko kelahiran bayi prematur.